Kamis, 25 Desember 2014

Kamu Adalah Anak Kost Sejati Kalau


Kamu adalah anak kost sejati kalau :
  
  •   Dunia rasanya berakhir waktu warung makan langganan naikin harga tempe goreng sampai 500 perak. 
  •  Galon pesenan tak kunjung diantar atau dengan kata lain diphp-in abang gallon.
  •  Cucian yang menggunung sampai dua tingkat sampai hampir menyaingi gunung merapi, udah 2 minggu didiemin, terus pas mau jemur, tempat jemurannya penuh sama cucian orang lain. 
  •  Warung makan langganan yang paling murah sejagat mendadak tutup.
  • Hujan bikin galau.
  • Cuciannya nggak kering.
  • Mau laundry tapi nggak ada uang.
  • Uang kiriman dari orangtua selalu habis.
  • Stok persediaan makanan cuma boncabe.
  • Ibu kost penuh aturan, galak, tapi juga unyu-unyu dan ngangenin.
  • Merasa kost-nya terlalu rame. 
  •  Merasa kost-nya terlalu sepi.
  •   Mati lampu terus nggak punya lilin atau senter.
  • Kost-nya belum dipel setahun.
  • Baju di lemari habis, trus kuliahnya pake baju bekas tidur semalem.
  • Pulsa modem habis.
  • Nggak punya TV.
  • Banyak tugas pusing
  • Nggak ada tugas cuma lumutan di kost
  • Terlalu malas untuk bergerak.
  • Malas masak nasi.
  • Nggak pernah olahraga
  • Beli nasi seporsi kebanyakan, beli setengah porsi kedikitan.
  • Malem jum’at kliwon tetangga kost nyetel tv, terdengar suara jeder ala dunia lain tapi dianya tidur.
  •   Kangen emak.
  • Laper tapi males beli makan
  • Pagi sarapan soto, siang rendang, malem bakso tapi indomie semua
  • Gelas abis, piring abis, sendok abis, kuali magic jar belom direndem.
  • Ada temen main terus kamarnya kayak abis ada perang dunia ketiga.
  • Demam terus ngga ada yang tahu dan ngurusin.
  • Semua nilai uang receh adalah harta karun berharga yang harus dikumpulin dan disimpan baik-baik.
  •  Sering pergi ke ATM karena ngambil uangnya dikit-dikit, supaya irit.
  •   Indomie adalah teman hidup (backsong : teman hidup by Tulus)
  • Masak segala sesuatu di panci Magic Jar dari mulai nasi goreng sampe bikin kue
  • Digedor temen kost soalnya terlalu menghayati dan terbawa suasana waktu lagi di kamar mandi.
  • Pagi-pagi waktu mau e’e rebutan dulu, pas mau wudhu juga.
  • Kalau rebutan kamar mandi harus suit dulu siapa yang mandi duluan.
  • Sering pinjem indomie orang.
  • Pintu pagernya udah ke kunci tarus nginep di rumah temen
  • Dikasih wejangan dari Ibu Kost
  • Makan mpek-mpek dari Ibu Kost
  • Kalo sampo sama odol abis minta dikit ke temen kost.
  • Di dinding banyak kata-kata penyemangat yang jarang dibaca.
  • Masak mie, masak sop, masak nasi goreng di magir jar.
  • Makan nasi pake boncabe.
  • Sering begadang
  • Sok-sokan masak sendiri, bumbunya mecin semua
  • Gadoin indomie mentah
  • Ada yang mau nambahin? xD

BB Cream



“Cindy gayanya kayak cowok banget, ya..”

“Cindy coba deh pake rok..”

“Cin, coba deh bajunya pake yang bunga-bunga motifnya, yang floral gitu..”

“Cin, kok lu ngga ada cewek-ceweknya, sih?”

Itulah segelintir komentar orang tentang baju gue, dan entah kenapa mereka semangat banget suruh gue pake rok, mereka ngga tahu kaki gue bulu-an macem kulit buah rambutan gini. Mau bayarin waxingnya atau apa.

Masalah baju, gue ngga mau ambil pusing sama motif cewek yang modelnya juga kadang bikin idup ribet sendiri, baju gue rata-rata kaos sama kemeja polos. Luar biasa sekali. Gue aja kemaren mau minta emak beliin atasan agak nggak tega gimana bilangnya. Dia malah bilang dengan nada gembiranya dia beliin gue jaket Chealsea (jaket bola) sedangkan gue aja ngga tahu Chealsea itu dari grup mana. Gue buta sekali kalau soal bola memang.

Buat yang bilang kalau gue cowok banget, mungkin mereka nggak tahu kalau gue pernah bondol dulu sewaktu SMP, akibat emak salah motong rambut gue, jadilah dia motong rambut gue jadi pendek banget. Gue inget banget banget abis itu nangis sesugukkan karena cuma disisa poni tebal biar agak cewek, waktu itu belom jaman You’re Beautiful sama To The Beautiful You yang ada peran cewek bondolnya (kok namanya ada beautiful-nya semua ya, apakah benar cewek bondol itu cantik?), tapi karena mereka artis, walaupun bondol juga tetap cantik berseri berkilau alamiah gitu, kan. Beda sama gue. Waktu gue SMP, lagi jamannya acara tv ‘Cerimis’ yang ngehits banget, dan kebetulan salah satu presenternya bondol. Jadilah gue dilabeli dengan nama dia, dan dipanggil-panggil begitu sama anak cowok sekelas.

Mereka memang kurang gaul.

Waktu baru masuk kuliah, hal kontras yang lama kelamaan gue sadari adalah, mendadak semua orang jadi ribet masalah make up dan tutorial nebelin alis setebel mungkin dan hasilnya kayak ulet bulu yang salah alamat ke atas mata mereka. Cara bedakan yang baik dan benar, matanya digarisin pake pensil 2B, ga sekalian diurek-urek biar kayak UN.

Dan gue sama sekali buta dengan semua hal yang berbau make-up. Gue punya pengalaman nggak menyenangkan sewaktu dimake-up dulu, berkali-kali, dan tebelnya bikin gue pengen lari ke kamar mandi terus usek-usek muka ke lantai bak mandi sampai make up nya ilang.

Hal yang paling malu sewaktu gue foto untuk buku tahunan. Make-up nya bagus, temen-temen gue yang lain cantik-cantik tapi entah kenapa gue ngeliat ke diri gue sendiri kok jadi semacam korban entah dari mana gitu. Gue nggak bisa ekspresi yang benar di kamera, apalagi photogenic. Rasanya pingin ngegunting buku tahunan yang ada muka guenya di buku tahunan semua orang.

Sewaktu temen-temen gue mulai ngomongin produk make up atau lulur atau BB/CC/DD/EE cream yang sekarang lagi ngetrend itu, gue cuma bisa cengo sambil gesek-gesek sandal.

Satu-satunya make up yang gue punya hanya pelembab yang harganya belasan ribu, bedak bayi, lipstick yang udah mau abis bekas punya emak (nggak tau kenapa gue pernah minta waktu itu, luar biasa sekali memang), lip balm rasa manga yang tiap gue pake berasa abis makan gorengan berapa kantong.

BB cream pertama gue adalah BB cream yang gue beli di swalayan dekat kost. Harganya nggak lebih dari 20 ribu. Dan gue kaget banget waktu pake pertama kali, rasanya kayak menyembunyikan semua jerawat gue sekaligus menjadikan gue putih seperti artis Korea. 

Wow.

Sayangnya hidung gue nggak bisa tinggi, tetep aja cuma semcam gundukan pendek bertulang di tengah-tengah muka gue.

Sifat gue yang gampang terkesan ini hilang sudah seraya dengan lunturnya cream itu dari muka gue. Jadi begini, waktu ambil air wudhu, dengan sok polosnya gue kira dia bakalan mudah hilang sama air yang membasuh muka gue. Tapi ternyata, semua terbukti ketika gue menyeka muka gue dengan mukena yang warna nya putih.
BB cream nya nempel semua ke mukena, gue pengen nangis dan marah-marah ke BB cream.

Habis itu gue agak ragu mau beli BB cream itu lagi setelah habis sebotol dengan waktu yang amat lama.

Minggu, 15 Juni 2014

Tiga Puisi Tidak Bisa Tidur

Tiga puisi semoga ini termasuk puisi ya yang gue tulis waktu nggak bisa tidur di Kost :

Esok

3 Juni 2014 pukul 0:04

Hampir tengah malam..
Seorang diantara dua kebingungan
Bila pagi datang ia akan berbuat apa
Bila sang mentari tiba ia akan melakukan apa

Satu yang lain pula
Ia tak tahu bagaimana cara menghabiskan malam
Sementara kedua sadarnya masih menyala dengan terangnya

Kedua orang itu akhirnya duduk
Tidak memikirkan apa-apa
Hanya saling mendengar napas masing-masing

Mereka berdo'a
Mereka memasrahkan diri
Akhirnya mereka tahu dan tidak lagi takut

Malam akan berakhir
Pagi akan datang membawa waktu
Dan keberanian
Dan harapan-harapan

Ialah esok.


Menjadi Pagi

7 Juni 2014 pukul 23:51
Suara jam dinding berdetak
Hanya itu
Tenggorokan ku ngilu
Ia terlalu banyak berkata-kata dan menelan
Atau menelan kata-kata?
Aku tak tahu

Lampu pijar masih menyala
Orang-orang senyap di ruang masing-masing
Di balik pintu, menghadap hitam
Mereka malam katanya

Aku mengusak dinding tinggi
Sekat-sekat sepi itu

Lupa bahwa ada lemari
Ada pintu
Jendela

Tapi kalau ku ketuk, akankah mereka menjadi pagi?



Pompa Air dan Selang Besar

15 Juni 2014 pukul 0:22
Tengah malam lagi.
Ah, tidak. Ia telah pagi namanya
Ia pagi, namun langit masih sepekat kopi yang baru diaduk
Dua pasang bola mata masih bergerak, mencari-cari dimana ia menjatuhkan impian demi impian kecilnya

Hening
Namun suara kepalanya begitu ramai layaknya pasar pagi
Mereka begitu ribut sampai-sampai ia takut tetangga sebelah terbangun dari lelapnya

Televisi masih menyala
Menayangkan wajah orang-orang bertopeng yang berlenggak-lenggok
Senyum itu
Tapi mata mereka bukan

Sekali lagi ia menunggu pagi
Merebahkan kepala
Berharap ada sebuah pompa air dengan selang yang besar
Menyiram seluruh riuh ini sampai sunyi menelannya bulat-bulat

"Kok ngga masuk bahasa Korea aja, Sin?"

Jadi begini, gue agak minder sama temen-temen lain, ya.

Bukan karena gue endut, tapi karena sepertinya gue merasa kayak alien ditengah-tengah sekumpulan onggokan daging (iya, gue tahu kalo nggak nyambung).

Sudah beberapa kali gue diserang dengan pertanyaan "Kok ngga masuk bahasa Korea aja, Sin?"
Lalu gue berpikir, karena pilihan pertama gue bahasa Inggris, dan yang kedua barulah bahasa Korea, gue seharusnya berbangga hati masuk ke pilihan yang pertama.

Biasanya pertanyaan macam itu dilontarkan waktu gue lagi kedapatan fangirling tingkat medium (agak jaim, kalo di kost atau di rumah mah..........), entah sudah berapa orang yang tanya gue begitu.

Mungkin dilihat dari wallpaper ponsel gue yang nggak pernah pake foto lain selain artis K-Pop alias bias alias yagitudeh. Lagu-Lagu gue yang di ponsel nggak ada lagu barat sama sekali, bahkan soundtrack High School Musical aja enggak ada (yah, gue tahu itu doang yang mainstream), yang ada cuma lagu Open Arms yang EXO cover-in, bahkan lagu bahasa inggris nya KPop juga yang nyanyi, bah. Sisanya lagu One Ok Rock yang Be The Light, sama satu lagi yang bahasa Jepang -_-

Kadang suka iri aja sih, sama bahasa lain, mereka unik banget dan nggak semua orang ngerti. Kalo bahasa Inggris, astagfirullah..

Terus pas mereka bikin kayak festival macem acara anak bahasa Jepang itu sama bahasa Korea :')
Sebenernya masih nunggu acara dari prodi bahasa Inggris juga xD

Jadi waktu temen gue yang seprodi pada nyanyi lagu barat update, gue cuma cengo sambil gerak-gerakin kepala sama kaki, kayak orang kerasukan gitu. Tapi coba tanya gue lagu Korea terbaru, gue pasti..... enggak bisa jawab juga hahaha

Maunya gue apa juga gue nggak tau :v

Jadi alasan gue nggak bisa masuk ke prodi itu bukan cuma karena orang tua, tapi gue mikir, kalo gue masuk ke prodi itu, gue makin-makin suka K-Pop bisa gawat kan, terus nanti kalo gue jadi lupa sama Indonesia gimana, mau bikin rumah di depan gedung SM Entertainment gitu? :v

Tapi gue cinta kok sama bahasa Inggris :) I Love English and Super Junior, too hahaha

Gue-Lo? atau Aku-Kamu?



Jadi gini gue ini anak Bekasi,ya. Separo hidup gue tinggal di Bekasi dan seperapatnya lagi waktu gue masih kecil dan masih cengo-cengonya, gue sama orangtua tinggal di Jakarta. Di lingkungan Jakarta yang katanya lebih keras daripada capit kepiting itu, gue pasti belom ngerti apa-apa, sekarang aja gue nggak inget bentuk rumah gue dulu gimana. Yang pasti gue tumbuh besar di Bekasi, Jawa Barat.

Inget Jawa Barat, Bekasi itu walaupun perbatasan sama Jakarta banget, yang kalo kita maju dua langkah udah masuk ke Jakarta Timur, tapi tetep aja beda. Beda tapi plat kendaraannya sama, hihi.

Sewaktu SMA gue harus menempuh jarak setengah jam pake motor dan satu jam kalo pake angkot, naik dua kali, belom abangnya ngetem, berkicau dulu sama abang yang lain, betulin mesin, bla bla bla.. la la la, macetnya kalo sore-sore kan amit-amit, tuh. Tiap hari berasa keluar kota, hahaha

Perbatasan-perbatasan..


Selayaknya orang Bekasi, gue ngebahasain diri dan orang lain pake gue-lu, itu wajar, lumrah, kayak pas lagi makan nasi sama lele goreng harus pake tangan gitu. Sama wajarnya kok dengan orang Jogya yang pake aku-kamu atau enggak aku-sampeyan. Dan entah kenapa temen gue dari Jawa Tengah malah merasa aneh kalo gue ngebahasain di twitter atau facebook dengan gue-lu.

Yah, tentunya gue pasti harus beradaptasi dengan bahasaan yang lebih sopan di Jogja, tapi walaupun di Bekasi, gue ngebahasainnya enggak mungkin gue-lu sama orang yang lebh tua juga kan, pasti aku kamu. Gue cukup fleksibel kok, kalo gue di gue-elu in ya gue balikin, kalo diajak pake aku-kamu ya aku-kamuin, bah. Kenapa idup dibikin ribet, hiduplah seperti bon cabe, dalam keadaan apapun mereka tetap simple dan berharga 3000. Oke cukup. Lama-lama gue jadi bisa pasang iklan boncabe sendiri di blog yang ini.

Waktu mereka bilang "Weh, Cindy mah anak gahol Jakarta, ngomongnya pake gue-lu.."

Seperti yang tadi gue bilang di atas, itu sama aja otomatisnya kayak lu batuk pas lagi keselek.

Dan lagi, gue-lu itu bukan bahasa gaul, tapi bahasa daerah yang harus dilestarikan. Gue juga bingung Bekasi bahasa daerahnya apaan, mau dibilang Sunda (karena masuk wilayah Jawa Barat), yang ngomong Sunda cuma orang Sunda asli, mau ngomong Betawi juga bukan dari Jakarta. Yang ada malah ngomong pake bahasa Jawa soalnya kebanyakan dari orang-orang migrasi-an kayak keluarga gue.

Entahlah dengan perkara elu-gue ini. Bah.

Salam Aku-Kamu. 

Senin, 02 Juni 2014

Esok (puisi)

Hampir tengah malam..
Seorang diantara dua kebingungan
Bila pagi datang ia akan berbuat apa
Bila sang mentari tiba ia akan melakukan apa

Satu yang lain pula
Ia tak tahu bagaimana cara menghabiskan malam
Sementara kedua sadarnya masih menyala dengan terangnya

Kedua orang itu akhirnya duduk
Tidak memikirkan apa-apa
Hanya saling mendengar napas masing-masing

Mereka berdo'a
Mereka memasrahkan diri
Akhirnya mereka tahu dan tidak lagi takut

Malam akan berakhir
Pagi akan datang membawa waktu
Dan keberanian
Dan harapan-harapan

Ialah esok.

Senin, 24 Februari 2014

Wisuda Dan Pindah



Semenjak gue lahir, gue udah pindah sekitar 5 kali, mungkin juga bisa kurang karena ingatan ikan emas gue yang ekstrim, apalagi ingatan masa kecil kita nggak dibawa sampai kita dewasa, ceilah. Jadinya, bisa dibilang pindahan yang bisa cukup diingat sama gue adalah waktu gue pindah rumah waktu SD, entah kelas berapa, yang jelas waktu itu keluarga gue ngga pindah begitu jauh, dan sampai 10 tahun terakhir nggak pindah lagi sama sekali dari rumah yang lagi gue tempatin sekarang.

Lalu tiba-tiba gue lulus SMA dan harus pindah ke Yogyakarta. Satu lagi pindahan, dan tanpa Bapake dan Mamake.

Dan sewaktu gue berbenah diri dan packing untuk keperluan di Jogja, semuanya terasa beda banget sama rasa packing buat sekedar beberapa hari nginep di rumah saudara di Jogja sewaktu lebaran mudik dulu. Menata keperluan sehari-hari yang simple di sudut-sudut  tas beroda itu, dan yang paling penting lu tahu bahwa ini akan jadi pindahan yang sebentar, dan lu akan balik lagi ke rumah, menemui barang yang lebih banyak lagi.

Pindah ke Jogja yang sekarang bukan untuk keperluan beberapa hari, tapi untuk berminggu-minggu, berbulan-bulan, atau beberapa tahun ke depan, yang gue maksud disini bukan artinya kita nggak akan pulang ke rumah asli kita lagi, tapi gue hanya pindah untuk sementara, bedanya kali ini gue pindah untuk jangka waktu yang lebih lama, dan hidup jauh dari orangtua.
Nggak terasa banget udah satu semester gue tinggal sendiri setelah kemaren pulang untuk liburan semester, dan sekarang gue harus kuliah lagi, mengejar ilmu dan juga sesuatu yang gue nggak bisa tutupin lagi, tapi IP gue nggak begitu memuaskan semester satu, yang agak gue sesali sekarang, walaupun masih 3, Alhamdulillah.

Ngomong-ngomong soal pindahan, kemarin baru aja salah satu temen kost gue pindahan. Bukan karena dia mau pindah ke kost lain, tapi karena dia lulus, dan sudah wisuda tanggal 20 kemarin. Itu pertama kalinya dalam hidup gue ngeliat orang pake toga dan jubah panjang hitam yang gue nggak tahu namanya itu, wajah mereka semua bangga dan cerah banget, kayak ada cahaya yang menyelubungi mereka, atau karena cuaca hari itu emang panas hahaha

Di GSP yang biasanya sepi dan cuma rame kalau ada yang latihan UKM disitu mendadak jadi hiruk pikuk, banyak pedagang bunga, boneka wisuda UGM, keluarga yang datang buat melihat moment hidup salah satu dari keluarga mereka, para wajah wisudawan yang cerah ceria walau peluh membanjiri wajah mereka, gue bahkan nggak bisa ngebayangin rasanya gimana keringetan dengan make up dan kebaya-kebaya itu. dan tentu aja para wajah orangtua yang bangga akhirnya perjuangan mereka selesai, anaknya udah jadi orang yang berpendidikan tinggi.

Waktu itu gue, Mbak Falla, Mbak Fitri Hasanah, Mbak Fitri Kanjeng (haha), Uji, Mbak Nurra, dan Mbak Rija cuma bisa kasih selamat, beberapa bunga yang dibeli di pinggir jalan GSP, dan bawa diri aja, sayangnya Alma sama Mbak Indah nggak bisa hadir karena ada urusan keluarga yang nggak bisa ditinggal. Temen Mbak Kenny luar biasa banyak (bagi gue), dilihat dari betapa supelnya dia dan beberapa buket bunga yang mampir di pelukan Sang Pendamping Wisuda xD

Waktu itu ada dua adik Mbak Kenny yang super lucu, dan gue harus menahan keinginan buat karungin mereka terus gue bawa pulang ke Bekasi.

Kita sempet foto-foto dan gue menyadari bahwa mendadak semua orang terlihat matching dengan baju pink cerah mereka, sementara gue terjebak dengan kemeja warna blue jeans yang gue pakai. Yeah, semuanya pakai baju warna itu, selain gue sama Mbak Nurra. Bahkan kebaya Mbak Kenny juga warnanya pink! Huh.

Sampai akhirnya semuanya selesai dan kita semua pulang ke kost lagi, makan bareng kita yang terakhir di kamar Mbak Fall, sebelum Mbak Kenny resmi nggak nginep di Kost lagi.

Lalu malamnya dia sibuk packing, gue mendengar ada kardus-kardus yang dibuka lalu ditutup, barang-barang yang berpindah dari tempatnya menuju ke sebuah kotak dan plastik, malam itu gue tahu anggota kost Palpad kami akan berkurang dan malam itu gue juga tahu, kalau Mbak Kenny akan pindah, salah  satu pintu di kost akan tertutup tanpa ada orang di dalamnya, suatu hari mereka semua juga akan pindah, begitu juga gue, dan akan ada orang lain yang akan menempatinya dengan siklus perpindahan milik mereka sendiri, begitu seterusnya sampai ia berhenti dengan sendirinya.

Beberapa hari setelah Ogut pergi, Mbak Falla masih suka teriak ke arah pintu untuk ngebangunin dia, bukannya dia stress berlebihan atau apa (dia bercanda doang, kok, haha), tapi kami masih merasa bahwa dia masih ada di kamar, sedang tidur atau apa, seperti biasanya.

Dan ternyata bahwa dalam hidup, kita tak bisa menghindari pergerakan dan perpindahan. Life must go on. Mbak Kenny masih bisa main ke kost suatu hari nanti, dan kita masih bisa ngedenger curhatan dia lagi tentang segala hal, haha.

Selasa, 04 Februari 2014

Eargasm of K-Indie

Gue suka K-Indie atau kepanjanganya kalo lo suka yang panjang-panjang ( mie kali, panjang) haha korean indie. Indie seperti yang kebanyakan orang tahu adalah jenis musik yang bebas, biasanya musisi ini bikin musiknya sendiri, dinyanyiin sendiri, atau mungkin di rekam sendiri, karena biasanya mereka nggak punya label juga, jadi biasanya kurang terkenal dibandingin sama K-Pop.

Tapi jangan salah, dari segi kualitas mereka sama sekali nggak kalah. Malah ada kelompok orang yag lebih suka K-Indie daripada K-Pop yang lebih beraliran musik 'Ngedance'. Biasanya mereka 'ngejual' lagu mereka di internet, dan gue biasanya cari mereka di youtube, cara yang paling simple sedunia.

Musik mereka ringan banget, easy-listening dan beberapa bahkan lebih 'sorrow' dan berasa feelnya daripada musik bahasa sendiri yang kita tahu artinya, jadinya yaaaa.. kalo penasaran sama arti lagunya, agak usaha dikit lah main jari ke mbah google :D tapi ini worth it, lho.

Well, sebenernya gue juga kurang tahu mana yang indie mana yang bukan, karena malah sebagian dari mereka udah terkenal :))

Tapi ini cuma beberapa lagu K-Indie yang bikin gue ketagihan buat dengerin lagi dan lagi.



 

Senin, 20 Januari 2014

LIburan Semester Pertama

Hal yang paling mengerikan adalah kita nggak sadar kalau waktu bisa berlari secepat ini, rasanya baru kemaren gue deg-degan masalah OSPEK, masalah temen baru, lingkungan baru, dan grogi untuk hidup sendirian tanpa bokap nyokap di samping gue.

Lalu tiba-tiba aja masa-masa itu kayak udah lama banget, sekitar 100 tahun cahaya yang lalu, dan sekarang gue ngejogrog (nongkrong) di rumah lagi, kayak waktu masa-masa galau sehabis UN, dan... yeah gue jadi pengangguran lagi di rumah.

Ini udah kedua kalinya gue pulang sendirian dari Jogja ke Bekasi, sendirian, di kereta api ekonomi yang pas banget harganya sama kantong pelajar bokek macam gue. Pertama kali, gue pulang ke rumah sewaktu Lebaran Idul Adha yang kemarin, rasanya amat atusias, dan hal yang paling gue takutin waktu bepergian sendirian adalah gue salah masuk kereta atau salah masuk ke tempat duduk orang, sangat bodoh memang :v

Yang kedua kalinya, gue pulang ke rumah sama temen-temen sanggar gue waktu OSPEK, kami berempat yang rencananya berangka jam setengah 4 harus dibuat berpacu jantungnya sama hampir telatnya salah satu temen kita xD gokil abis, pertama kalinya juga gue naik kereta kurang dari 5 menit dari jadwalnya, dengan heboh Pipien yang nganterin Muti waktu itu nungguin Ratna dan Mbahnya yang terjebak macet. Waktu itu kami hampir jadi orang terakhir yang antri untuk diperiksa tiketnya agar sesuai sama KTP atau enggak. Gue, Muti, Wim, Ratna dan tentu saja Mbahnya bahkan ngga sempet bilang 'Annyeong" xD terlalu riskan memang.

Yang akhirnya kami yang telepon Pipien sebagai ucapan terima kasih xD

Tapi gue seneng, karena ini bukan pertama kalinya gue ketinggala kereta (kalau memang ini jadi ketinggalan) sebelumnya, tujuan ke Jogja juga, gue, Bokap. Nyokap dan waktu itu ada Rizka ketinggalan kereta pagi, yang walhasil kami naik kereta siang haha..

Balik lagi ke pengalaman gue, Muti, Ratna, dan Wim yang ngobrol tenang K-Pop all way long (kecuali Wim yang kebanyakan tidur, dan ngemil) karena dia emang ga begitu tertarik sama hal aneh kami ini haha..

Dengan terkantuk-kantuk akhirnya kami berempat harus berpisah, gue, Ratna dan Mbahnya turun di Jatinegara, gue dijemput Papap, sedangkan Ratna dijemput orangtuanya. Dan sesampainya di rumah, hal yang gue temukan adala sosok meja makan gue yang telah berubah semenjak negara api menyerang eh bukan, tapi kakinya digergaji Bokap, katanya kakinya dirayapin, jadinya diganti sama kaki baru yang pendeknya minta ampun, jadinya kalo ita mau ambil makan ya harus bungkuk-bungkuk dulu :V

Hal miris lainnya adalah, meja kokom gue diganti nyokap buat meja setrika, hal menariknya, monitor kokom di taruh diatas rak lemari pakaian gue yang paling atas, mejanya dilapisi sama sehelai karpet merah terang yang legendaris yang berubah fungsi jadi tatakan setrikaan, dan kalo dimasa senggang dan mejanya nggak dipakai untuk setrika, sebuah radio tua yang ada stiker singanya berdiri dengan gagah disitu. Anehnya, CPU kokom masih ada disana, mejeng, kesepian dan terpisahkan dari monitor. Kokom gue telah diotopsi sekaligus dimutilasi oleh Nyokap. Ini ironi.

Dan untuk mengisi liburan nista ini, kerjaan gue cuma nonton-in serial Heroes yang gue copy dari temen sekelas -_- kalo Mbak Fitri bilang, ini gabut meeeeeen..

Semoga Cindy menemukan hidayah dari liburannya kali ini.. aamiin..