Senin, 19 Agustus 2013

Blue Pianika

Ini adalah curhatan dari hati yang terdalam tentang sebuah benda kesayangan gue yaitu sebuah pianika.

Iya betul, nggak salah baca kok, sebuah pianika berwarna biru, peninggalan jaman SD, masa-masa dimana asal hapal not Ibu Kita Kartini senengnya udah setengah mati, beda sama sekarang, harus lagu korea. *makin ngaco*

Gue yakin kalo temen-temen seangkatan gue pasti pianikanya bakal dimuseumkan, atau bahkan udah pada hilang, lupa ditaruh dimana, atau mungkin juga diinvestasikan ke adiknya, yah berhubung gue nggak punya adik..... /sobs/

Pianika gue masih utuh, dan sering nongol sendiri di atas kasur (karena habis gue tiup-tiup di kasur, ini kan bukan film horror), dan saking seringnya gue mainin, gue menemukan beberapa hasil pengamatan gue kalo pianika itu bisa ditiup dengan berbagai posisi, bisa sambil bersenandung ala Anang-Ashanti, sambil menjemur pakaian, sambil boboan, juga bisa sambil meluk guling mikirin bias. *iniapa*

Bukannya sombong, somse, ataupun samsul, tapi gue punya 2 pianika, dan itu hasil sumbangan semua *bangga* yang satu dari sepupuku jiejie tercintah, dan satunya lagi dari nenek, gatau dibeliin atau abis dicolongin dari anak SD tetangga sebelah. Dari kedua pianika biru ini, gue paling suka yang dari sepupu gue, walaupun warnaya udah kuning nggak karuan *saking lamanya*, tuts-tuts nya udah ditutup sama plester dan waktu SMP dengan bodohnya malah gue tambah-tambahin urek-urek pakai spidol hitam *malah makin parah* /sobs/ sekarang gue rawat, gue mandiin, dan gue kasih makan juga. Tapi sewaktu gue lagi main pesawat-pesawatan pas lagi nyuapin dia, sendoknya nubruk, ah gue rupanya lupa kalo dia nggak punya mulut, punyanya belalai yang panjang itu.

Sedangkan pianika yang satunya masih kinclong abis, putih, bersih, kayak baru *padahal udah lawas juga*, tapi sayang tuts di not sol nya alot, makanya jarang gue pakai. Sayang banget memang. makanya kalo pake pianika yang itu, biasanya kan habis niup sol itu sekuat tenaga banget, nah nada selanjutnya malah jadi kenceng banget, karena masih lumayan baru jadi suaranya masih lebih bagus yang ini. Bisa gaswat bangunin bayi tetangga sebelah.

Untuk jaga-jaga setiap selesai main pianika, gue selalu menyempatkan untuk membawakan sebuah lagu anak-anak, seperti balonku, pelangi, dan anak kambing saya, dan tak ketinggalan di obok-oboknya Joshua, tapi mereka nggak ada yang tahu lagu itu, gue lupa anak kecil sekarang kan nyanyi nya lagu Coboy Junior sama Cakra Khan.

Makanya kalo lo lagi nggak sengaja lewat depan rumah gue, ah depan rumah gue kan rumah orang, berarti lewat genteng dong? Apa orang itu salah satu ninja dari Desa Konohagakure? *mulai2ngaco* jika sayup-sayup terdengar suara pianika yng ditiup ala orang gemuk yang sedang rebahan sambil kehabisan napas, jangan bawa-bawa note ini sebagai bukti, oke?

Gue salut. Tetangga gue rupanya adalah manusia yang berkekuatan super, sehat jasmani dan rohani, denger ada suara pianika yang memekakkan telinga hewan pengeratpun mereka nggak protes! Benar-benar terpuji dan bertoleransi tinggi. Gue nggak yakin kalo di kos nanti gue masih keukeuh niupin pianika kayak orang nggak tahu diri, tetangga kos gue nggak akan semurah hati ini.

Ngomong-ngomong, sekarang pianika favorit gue lagi berkelana sendiri di rumah, gue cari-cari nggak ketemu-ketemu, mungkin dia trauma setelah kecapan-kecapan terakhir antara gue dan dia *mulai jijay kan? gue yg ngetik apalagi :( tanpa selang apalah arti hidup pianika, pianika ku dua, selangnya satu. oh oh. Tragis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar